Lahir dengan keluarga yang seluruhnya beragama Budha, besar
dalam didikan agama Budha, dan merupakan salah satu pengajar agama Budha untuk
anak-anak kecil saat beliau masih duduk di bangku SMA. Bahkan saat beliau masih
kuliah di Kota Padang, rutinitas sembahyang di klenteng daerah Pondok adalah rutinitas
wajib bagi beliau.
Namun , cinta Allah
kepada ibu saya mulai menyentuhnya melalui cinta yang perlahan tumbuh didalam
hati ayah dan ibu saya. Jalan Allah memang luar biasa, ibu saya begitu dalam
jatuh cinta kepada Islam, menjelang usianya 25 tahun ibu saya resmi
mengucapkan dua kalimat syahadat dan
menjadi pemeluk Islam yang taat sampai detik ini, InsyaAllah :’)
Ya, ibu saya seorang mualaf.
Ibu saya mungkin berbeda.
Beliau terlambat mengenal Islam, tertatih dalam mempelajari
semua tentang Islam, beradu hebat dengan nafsu saat belajar menahan lapar dan
dahaga.
Namun itu sama sekali bukan hal yang membuat ibu saya
terlihat kecil dibandingkan dengan pemeluk-pemeluk Islam lainnya yang telah
lahir dalam keadaan beragama Islam.
Ibu mungkin mengalami sedikit kendala saat ingin mengajar
kami mengaji, sedikit kesulitan menghapal ayat-ayat suci Al-Quran, sedikit
terbata menjawab ketika anak-anaknya menanyakan tentang kisah Nabi dan RasulNya.
Namun ibu tidak pernah kehilangan cara, ibu tidak ingin anak-anaknya kalah ilmu
agama dengan anak-anak yang lain, ibu tanamkan agama dengan kuat dihati kami
sedari kecil. Beliau sekolahkan kami di TK Islam terbaik, beliau antar-jemput
kami setiap sore mengaji di yayasan pengajian terbaik, beliau wajibkan kami
sholat berjamaah setiap 5 waktu.
Ibu saya mungkin bukanlah seorang ustadzah, bukan pula anak
alim ulama. Diusianya yang sudah mulai sulit menghapal, beliau masih sangat
ingin belajar tentang Islam, ingin menambah bacaan ayat pendek dalam sholatnya,
dan masih ingin belajar mengaji :’)
Beberapa orang mungkin mencemooh ibu saya, saat mereka tau
bahwa saat membaca yasiin ibu saya seringkali membaca tulisan bahasa
indonesianya, bukan bahasa arabnya.
Namun ibu selalu berbesar hati dengan mengatakan bahwa
beliau percaya Allah mengerti segala bahasa dan mau memahami kondisi beliau
yang masih tahap belajar..
Saat menulis ini.
Saya benar-benar tau, seberapa besar kebanggaan saya
terhadap beliau :’)
Bangga memiliki ibu yang kuat dan hebatnya luar biasa.
Saya tau, ibu mulai merindukan Tanah Suci.
Bersabarlah sedikit, bu. InsyAllah saya sendiri yang akan
membawa ibu mengunjungi tempat paling indah didunia itu :))
ananda yg selalu merindukanmu,
aini :')