Jumat, 05 Oktober 2012

ya, ibu saya seorang mualaf


Lahir dengan keluarga yang seluruhnya beragama Budha, besar dalam didikan agama Budha, dan merupakan salah satu pengajar agama Budha untuk anak-anak kecil saat beliau masih duduk di bangku SMA. Bahkan saat beliau masih kuliah di Kota Padang, rutinitas sembahyang di klenteng daerah Pondok adalah rutinitas wajib bagi beliau.
Namun , cinta  Allah kepada ibu saya mulai menyentuhnya melalui cinta yang perlahan tumbuh didalam hati ayah dan ibu saya. Jalan Allah memang luar biasa, ibu saya begitu dalam jatuh cinta kepada Islam, menjelang usianya 25 tahun ibu saya resmi mengucapkan  dua kalimat syahadat dan menjadi pemeluk Islam yang taat sampai detik ini, InsyaAllah :’)

Ya, ibu saya seorang mualaf.
Ibu saya mungkin berbeda.
Beliau terlambat mengenal Islam, tertatih dalam mempelajari semua tentang Islam, beradu hebat dengan nafsu saat belajar menahan lapar dan dahaga.
Namun itu sama sekali bukan hal yang membuat ibu saya terlihat kecil dibandingkan dengan pemeluk-pemeluk Islam lainnya yang telah lahir dalam keadaan beragama Islam.

Ibu mungkin mengalami sedikit kendala saat ingin mengajar kami mengaji, sedikit kesulitan menghapal ayat-ayat suci Al-Quran, sedikit terbata menjawab ketika anak-anaknya menanyakan tentang kisah Nabi dan RasulNya. Namun ibu tidak pernah kehilangan cara, ibu tidak ingin anak-anaknya kalah ilmu agama dengan anak-anak yang lain, ibu tanamkan agama dengan kuat dihati kami sedari kecil. Beliau sekolahkan kami di TK Islam terbaik, beliau antar-jemput kami setiap sore mengaji di yayasan pengajian terbaik, beliau wajibkan kami sholat berjamaah setiap 5 waktu.
Ibu saya mungkin bukanlah seorang ustadzah, bukan pula anak alim ulama. Diusianya yang sudah mulai sulit menghapal, beliau masih sangat ingin belajar tentang Islam, ingin menambah bacaan ayat pendek dalam sholatnya, dan masih ingin belajar mengaji :’)

Beberapa orang mungkin mencemooh ibu saya, saat mereka tau bahwa saat membaca yasiin ibu saya seringkali membaca tulisan bahasa indonesianya, bukan bahasa arabnya.
Namun ibu selalu berbesar hati dengan mengatakan bahwa beliau percaya Allah mengerti segala bahasa dan mau memahami kondisi beliau yang masih tahap belajar..
Saat menulis ini.
Saya benar-benar tau, seberapa besar kebanggaan saya terhadap beliau :’)
Bangga memiliki ibu yang kuat dan hebatnya luar biasa.
Saya tau, ibu mulai merindukan Tanah Suci.
Bersabarlah sedikit, bu. InsyAllah saya sendiri yang akan membawa ibu mengunjungi tempat paling indah didunia itu :))

ananda yg selalu merindukanmu,
aini :')

0 komentar:

Posting Komentar

 
Every Moment is a Gift ~ Blogger Template by Ipietoon Blogger Template