Jumat, 27 Januari 2012

Surat [?]

dalam rangka mengikuti lomba #30harimenulissuratcinta , terciptalah fiksimini ini :)
@hurufkecil

Surat ini tadinya ingin kukirim langsung keemailmu, atau kusematkan saja dipagar rumahmu, namun dengan beberapa alasan yang kukhawatirkan, maka kuurungkan niatku.

Sebenarnya aku ragu, apakah kamu perlu tau bagaimana perasaanku dan apa saja yang ku alami semenjak kita menjauh? keraguan itu semakin menggumpal saat aku sadar, jarak benar-benar melempar harapanku jauh kedalam lumpur hisap, semakin aku meraung mempertahankan harapanku, semakin kuat aku terhisap kedalamnya, beberapa saat kemudian ... hilang, lenyap!!

Hari ini kubuka lagi surat itu, kutelaah huruf demi huruf yang terangkai didalamnya, takut-takut kalau ada tulisanku yang menyinggungmu..

Dear,
Apa kabar?
Aku selalu berdoa agar kamu selalu baik-baik saja. tahukah kamu bahwa rinduku telah begitu menggebu, berlomba-lomba dengan rasa khawatirku akan kabarmu..


Aku selalu terbangun tanpa pesan darimu, itulah alasan mengapa aku tidak lagi mengecek ponselku. Cukuplah matahari yang membangunkanku,dan aku pun sudah mulai terbiasa dengan berbagai rutinitas tanpamu, aku harap aku bisa baik-baik saja seperti ini, semoga.


Aku ingat bagaimana caramu pergi dari hati dan hariku, aku ingat satu janji yang belum sempat kau penuhi sebelum pergi. Masih berlakukah tawaran sekotak susu coklat itu untukku? kalau iya, bisakah kutagih sekarang? Atau mungkin kamu ingin janji itu sekedar jadi kenangan yang yang akan kita tutup rapat-rapat bersama?


Aku selalu menangis sambil tersenyum dan tersenyum sambil menangis saat melihatmu membeku diatas kertas berbingkai. Keberadaanmu bahkan bisa abadi pada sehelai kertas, lalu mengapa tidak begitu dihidupku? 
I've been looking so long at these pictures of you
that I almost believe that they're real
I've been living so long with my pictures of you
that I almost believe that the pictures are all I could feel


Aku tidak pernah, dan mungkin tidak akan pernah bosan mendengar nyanyianmu berbalut petikan gitar yang sengaja aku rekam diam-diam tanpa sepengetahuanmu. Aku bahkan ingat posisi gitar yang selalu kau dekap erat, perpindahan jemarimu yang cepat dan selalu mengundang decak kagum. Kadang aku bertanya pada diriku sendiri, masihkah lagu yang sering kau nyanyikan itu milik kita? Namun lagi-lagi aku sadar, kamu akan mulai lupa lirik demi lirik yang pernah kau sebut "Lagu Kita", karena kamu memang selalu bisa membuat semuanya tampak baik-baik saja, sekalipun tanpa aku.


Aku selalu menitipkan rinduku kepada angin, kepada tulisanku dan kepada sisa-sisa kenangan kita.
Mungkinkah kamu pernah membacanya?
Aku tidak tanya pada matamu, tetapi hatimu. Karena ketika aku mengatakan aku merindukanmu sebenarnya bukan hanya ragamu yang kurindukan, tapi juga perasaanmu.


Dear, aku menulis surat ini bukan ingin memintamu kembali. aku sudah cukup lega Tuhan mengijinkanku menyimpanmu dalam-dalam dilubuk hatiku. Aku tidak punya kuasa untuk memohon lebih dariNya.


Baik-baik disana yaa, jangan bekerja terlalu keras. Ingatlah bahwa sekian ribu orang selalu butuh bantuanmu, jangan kecewakan mereka dengan dropnya kondisimu, terlebih lagi jangan membuat cemasku membuncah tidak karuan karena itu.
Sekali lagi kita bertemu, aku siap menganggapmu sebagai teman.


Salam,


Rindu

0 komentar:

Posting Komentar

 
Every Moment is a Gift ~ Blogger Template by Ipietoon Blogger Template